Tugas 2 Sistem Informasi Psikologi

Standar

1.Jelaskan pengertian sistem informasi berbasis komputer dari berbagai sumber. Minimal 3 sumber!
Jawab:
Sistem berbasis komputer adalah sistem yang komponen-komponennya atau subsistem-subsistemnya terdiri dari orang, perangkat keras (hardware) komputer, perangkat lunak (software) komputer, basis data, prosedur, dan dokumentasi. Keenam komponen tersebut merupakan dasar pembentuk sistem berbasis komputer, dan komponen ke-3, ke-4, ke-5, dan ke-6 tersebut merupakan hasil aktifitas rekayasa perangkat lunak (software engineering).
Sistem informasi berbasis komputer adalah sebuah sistem informasi yang menggunakan komputer dan teknologi telekomunikasi untuk melakukan tugas-tugas yang diinginkan.
Computer Based Information System (CBIS) atau yang dalam Bahasa Indonesia disebut juga Sistem Informasi Berbasis Komputer merupakan sistem pengolah data menjadi sebuah informasi yang berkualitas dan dipergunakan untuk suatu alat bantu pengambilan keputusan. Sistem Informasi yang akurat dan efektif, dalam kenyataannya selalu berhubungan dengan istilah “computer-based” atau pengolahan informasi yang berbasis pada komputer. Sistem Informasi “berbasis komputer” mengandung arti bahwa komputer memainkan peranan penting dalam sebuah sistem informasi.

2.Jelaskan macam-macam sistem informasi berbasis komputer di bawah ini:
a.Fokus data (SIA / EDP)
Jawab: Sistem informasi akuntansi melaksanakan akuntansi perusahaan, aplikasi ini ditandai dengan pengolahan data yang tinggi. Pengolahan data merupakan manipulasi atau transformasi simbol-simbol seperti angka dan abjad untuk tujuan meningkatkan kegunaannya. Tujuan pengolahan data adalah untuk mengumpulkan data yang menjelaskan kegiatan perusahaan, mengubah data tersebut menjadi informasi serta menyediakan informasi bagi pemakai didalam maupun diluar perusahaan.
b.Fokus informasi (SIM)
Jawab: SIM (Sistem Informasi Manajemen) merupakan sistem berbasis komputer yang menyediakan informasi bagi pemakai dengan kebutuhan yang serupa (Raymond McLeod). Integrasi manusia/mesin guna menyediakan informasi untuk mendukung fungsi operasional manajemen&pengambilan keputusan pada suatu organisasi (Gordon B. Davis). Tujuan SIM adalah untuk memenuhi kebutuhan informasi umum semua manajer dalam perusahaan atau dalam sub unit oganisasional perusahaan.
c.Fokus pada sistem pendukung keputusan (SPK)
Jawab: SPK (Sistem Penunjang Keputusan) merupakan sistem komputer yang interaktif yang membantu pembuatan keputusan dalam menggunakan&memanfaatkan data&model untuk memecahkan masalah yang tidak terstruktur. Tujuan SPK adalah memberikan dukungan untuk pembuatan keputusan pada masalah yang semi/tidak terstruktur, memberikan dukungan pembuatan keputusan kepada manajer pada semua tingkat untuk membantu integrasi antar tingkat, meningkatkan efektifitas manajer dalam pembuatan keputusan dan bukan peningkatan efisiennya.
d.Fokus pada komunikasi (otomatisasi kantor)
Jawab: Otomatisasi Perkantoran (Office Automation atau OA) merupakan semua sistem elektronik formal dan informal terutama yang berkaitan dengan komunikasi informal pada orang lain dan dari orang-orang di dalam maupun di luar perusahaan. Otomatisasi Perkantoran berfungsi untuk memudahkan jenis komunikasi baik lisan maupun tulisan & menyediakan informasi yang lebih baik untuk pengambilan keputusan.
e.Fokus pada konsultas (sistem pakar)
Jawab: Sistem pakar merupakan program komputer yang berfungsi seperti manusia yaitu memberi konsultasi kepada pemakai mengenai cara pemecahan masalah.

3.Jelaskan apa yang dimaksud:
a.Pemrosesan batch
Jawab: Pengolahan batch mencakup pengumpulan semua transaksi dan pemrosesan sekaligus, dalam batch. Yang menentukan jenis pemrosesan adalah jenis aplikasi perusahaan. Jika pemrosesan tidak perlu dilakukan ketika terjadi transaksi, pengolahan batch dapat digunakan. Sistem gaji adalah contoh aplikasi pengolahan batch. Kelemahan utama pengolahan batch adalah kenyataan bahwa file baru menjadi mutakhir setelah dilakukan siklus harian. Ini berarti manajemen tidak selalu memiliki informasi paling mutakhir yang menggambarkan sistem fisik.
b.Pemrosesan online
Jawab: Pengolahan online mencakup pengolahan transaksi satu persatu, kadang pada saat transaksi itu terjadi transaksi lain. Karena pengolahan online berorientasi transaksi, istilah pemrosesan transaksi sering digunakan. Pengolahan online dikembangkan untuk mengatasi masalah file yang ketinggalan jaman
c.Sistem real time
Jawab: Istilah realtime sering digunakan berhubungan dengan sistem komputer. Sistem realtime adalah suatu sistem yang mengendalikan sistem fisik. Sistem ini mengharuskan komputer merespons dengan cepat
pada status sistem fisik. Penyimpanan data komputer, berasal dari bahasa Inggris “computer data storage” sering disebut sebagai memori komputer, merujuk kepada komponen komputer, perangkat komputer, dan media perekaman yang mempertahankan data digital yang digunakan untuk beberapa interval waktu atau juga bisa disebut dengan konseptual untuk menentukan operasi dari sistemnya real time terbagi dua jenis yaitu:
1)Perangkat keras
Sistem akan gagal apabila melewati batasnya. Contohnya adalah control pesawat terbang.
2)Perangkat lunak
Kinerja itu turun apabila melewti batasnya, Contohnya adalah pesanan tiket.

4.Apa yang maksud dengan database!
Jawab: Database adalah koleksi data item yang saling terkait terkelola sebagai satu unit. Istilah “database” juga digunakan di dunia perpustakan untuk menjelaskan sekumpulan informasi yang biasanya tersimpan dan dapat diakses di perpustakaan.

Sumber:

Klik untuk mengakses BAB-8-SI-Berbasis-Komputer.pdf

Klik untuk mengakses Chapter%20II.pdf

Klik untuk mengakses Chapter%20II.pdf

Klik untuk mengakses databasefundamental.pdf

Klik untuk mengakses konsep-sistem-informasi-6.pdf

ayu_ws.staff.gunadarma.ac.id

SISTEM INFORMASI PSIKOLOGI

Standar
  1. logo_gunadarmaberikan penjelasan tentang sistem informasi menurut berbagai sumber, minimal 3 sumber!

Jawab : Menurut Erwan Arbie, Sistem informasi merupakan sebuah sistem di dalam suatu organisasi yang mempertemukan berbagai kebutuhan proses pengolahan transaksi harian, membantu & mendukung seluruh kegiatan operasi, bersifat manajerial dari suatu organisasi & membantu memperlancar penyediaan laporan yang dibutuhkan. Sedangkan menurut Tafri D. Muhyuzir, Sistem informasi merupakan sekumpulan data yang dikelompokkan dan diproses sedemikian rupa hingga menjadi satu kesatuan informasi yang saling berkaitan dan saling mendukung hingga menjadi sebuah informasi yang bernilai bagi yang menerima. Adapun Lani Sidharta mengemukakan bahwa Sistem Informasi merupakan sebuah sistem yang dibuat manusia yang isinya adalah himpunan terintegrasi dari berbagai komponen yang terkomputerisasi yang mempunyai tujuan untuk mengumpulkan data, mengolah data dan menghasilkan sebuah informasi untuk pengguna. Menurut Mc leod, Sistem Informasi adalah sebuah sistem yang memiliki kemampuan untuk mengumpulkan dan mengelompokkan berbagai informasi dari semua sumber dan memakai berbagai media untuk menampilkan sebuah informasi.

  1. Berikan pengertian tentang sistem informasi psikologi dan berikan contoh penggunaan sistem informasi dalam psikologi!

Jawab : “Sistem Informasi Psikologi” adalah suatu sistem atau tata cara yang merupakan kombinasi dari manusia, fasilitas atau alat teknologi, media, prosedur dan pengendalian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan, mengolah, dan menyimpan data mengenai perilaku terlihat maupun tidak terlihat secara langsung serta proses mental yang terjadi pada manusia sehingga data tersebut dapat diubah menjadi informasi yang dapat digunakan untuk tujuan tertentu seperti tujuan penelitian. Contoh penggunaan sistem informasi dalam psikologi adalah penggunaan teknologi dalam pengambilan data tes psikologi, dalam hal ini umumnya komputer (komputerisasi alat tes psikologi). Misalnya, alat tes papi kostick saat ini bisa dikerjakan melalui komputer dengan software papi kostick.

papi 1 papi 2 papi 3 papi 4 scr

  1. Berikan penjelasan mengenai arsitektur komputer!

Jawab : Arsitektur komputer adalah dapat dikategorikan sebagai ilmu dan sekaligus sebagai suatu seni mengenai cara interkoneksi antara berbagai komponen perangkat keras atau hardware untuk dapat menciptakan sebuah komputer yang dapat memenuhi kebutuhan fungsional, kinerja, dan juga target biayanya. Dalam bidang teknik komputer, definisi arsitektur komputer adalah suatu konsep perencanaan dan juga struktur pengoperasian dasar dari suatu sistem komputer atau ilmu yang bertujuan untuk perancangan sistem komputer.

Arsitektur von Neumann (atau Mesin Von Neumann) adalah arsitektur yang diciptakan oleh John von Neumann [1903 – 1957]. Arsitektur ini digunakan oleh hampir pada semua komputer pada saat ini. Arsitektur Von Neumann ini menggambarkan komputer dengan 4 (empat) bagian utama, yaitu: Unit Aritmatika & Logis (ALU), unit kontrol, memori, & alat masukan & hasil (secara kolektif dinamakan I/O). Bagian tersebut dihubungkan oleh berkas kawat, “bus”.

  1. Berikan penjelasan tentang struktur kognisi manusia!

Jawab : Menurut Piaget (1896) struktur kognitif merupakan mental framework yang dibangun seseorang dengan mengambil informasi dari lingkungan dan menginterpretasikannya, mereorganisasikannya serta mentransformasikannya

Struktur kognitif seseorang tidak lain adalah organisasi pengetahuan faktual yang diperoleh dari lingkungan. Struktur kognitif yang terbentuk dari informasi lingkungan sebagai suatu stimulus dari lingkungan yang selalu berubah, maka struktur kognitif atau pengetahuan pun akan terus berkembang.

  1. Jelaskan keterkaitan antara struktur kognisi manusia dengan arsitektur komputer!

Jawab : Komputer dan kognisi memiliki persamaan dalam hal memproses informasi. Jika dikaitkan dengan arsitektur komputer yang memiliki pengertian sebagai konsep perencanaan dan struktur pengoperasian dasar dari suatu sistem komputer, maka kognisi manusia lah yang turut berperan penting dalam pembuatannya. Manusia lah yang menciptakan komputer dengan sistem yang menyerupai kognisi manusia dengan maksud mempermudah manusia dalam pekerjaannya. Karena manusia memiliki otak yang melakukan proses memperoleh pengetahuan dan memanipulasi pengetahuan melalui aktivitas mengingat, menganalisis, memahami, menilai, menalar, membayangkan, berbahasa yang disebut sebagai kognisi. Hal ini juga behubungan dengan kognitif manusia dalam mengingat informasi.

  1. Berikan penjelasan tentang kelebihan dan kelemahan arsitektur komputer dibandingkan struktur kognisi manusia!

Jawab :

Kelebihannya arsitektur komputer: memiliki processor yang berjumlah lebih dari satu, bisa digunakan oleh banyak pengguna (multi user), bisa membuka beberapa aplikasi dalam waktu bersamaan.

Kekurangan arsitektur komputer: membutuhkan waktu yang lama arsitektur komputer adalah konsep perencanaan dan struktur pengoperasian dasar dari suatu sistem komputer. Arsitektur komputer ini merupakan rencana cetak-biru dan deskripsi fungsional dari kebutuhan bagian perangkat keras yang didesain (kecepatan proses dan sistem interkoneksinya). Dalam hal ini, implementasi perencanaan dari masing–masing bagian akan lebih difokuskan terutama, mengenai bagaimana CPU akan bekerja, dan mengenai cara pengaksesan data dan alamat dari dan ke memori cache, RAM, ROM, cakram keras, dll).

Kelebihan struktur kognisi: struktur kognisi lebih sistematis sehingga memiliki arah dan tujuan yang jelas, banyak memberikan motivasi agar terjadi proses relajar, mengoptimalisasikan kerja otak secara maksimal.

Kekurangan struktur kognisi: interface dengan pengguna masih menggunakan teks, kerjanya sangat lama, membutuhkan daya listrik yang sangat besar, harganya sangat mahal. Contoh kasus struktur kognisi disini adalah yang dimiliki manusia, maka hubungannya dengan arsitektur komputer yaitu manusia yang memerankan untuk menjalankan aplikasi komputer dan untuk mengerjakan tugas-tugas dengan menggunakan aplikasi komputer tersebut, contoh seorang karyawan design yang menggunakan tugas yang diberikan dengan menggunakan aplikasi komputer.

Sumber:

http://www.seputarpengetahuan.com/2015/03/9-pengertian-sistem-informasi-menurut.html

https://4jipurnomo.wordpress.com/sip-sistem-informasi-psikologi/

http://www.pengertianku.net/2014/12/pengertian-arsitektur-komputer-secara-lebih-jelas.html

https://windadeborah.wordpress.com/2015/01/17/arsitektur-komputer-dan-struktur-kognitif-manusia/

https://www.google.co.id/search?q=software+epps&espv=2&biw=1366&bih=681&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=0CAYQ_AUoAWoVChMIubjn5ZLWyAIVh42UCh0sxAfD#tbm=isch&q=software+papi+kostick&imgrc=114ekIq9zVmPKM%3A

Tugas 2 (Artikel 6)

Standar

Perilaku atau Kepribadian (Carl Rogers)

Carl Rogers dengan aliran konseling humanistik memiliki pandangan dasar tentang manusia, yaitu bahwa pada dasarnya manusia itu adalah makhluk yang optimis, penuh harapan, aktif, bertanggung jawab, memiliki potensi kreatif, bebas (tidak terikat oleh belenggu masa lalu), berorientasi ke masa yang akan datang dan selalu berusaha untuk melakukan self fullfillment (memenuhi kebutuhan dirinya sendiri untuk bisa beraktualisasi diri).
Dengan pandangan dasarnya tentang manusia tersebut, Rogers membagi teori kepribadiannya ke dalam 4 bagian yang paling utama, yaitu :
  1. Teori Diri (Self-Theory)
      Rogers dalam hal ini percaya bahwa pada hakikatnya manusia berada dalam sebuah dunia yang tidak pernah berubah di mana sesungguhnya, dialah yang menjadi pusat dari kesemuanya itu. Rogers percaya bahwa diri(self) bukan merupakan sebuah struktur yang tetap, tetapi merupakan struktur yang berada dalam suatu proses, memiliki kemampuan baik untuk keadaan yang stabil maupun perubahan. Diri (self) sendiri terbagi ke dalam alam sadar(conscious) dan alam tak sadar (unconscious).
      Rogers juga menyebut nama organisme,untuk semua pengalaman-pengalaman psikologis. Secara lebih jelasnya, organisme adalah medan fenomenal yang hanya dapat diketahui oleh individu itu sendiri. Pengalaman fenomenal itu sendiri terbagi menjadi dua, yaitu pengalaman sadar (dilambangkan) dan pengalaman tak sadar (tidak dilambangkan).
  1. Kejadian dan Pengalaman yang bernilai
      Person-centered therapy didasarkan pada kepercayaan bahwa diri memiliki kemampuan untuk mengatasi masalah yang dihadapinya sendirian. Person-centered therapy mengutamakan pemahaman atas pengalaman-pengalaman pribadi yang dialami oleh individu. Merasakan pengalaman (memahami) merupakan cara yang akurat untuk memahami diri sendiri dan lingkungannya.
  1. Potensi untuk tumbuh dan belajar
      Rogers percaya bahwa kecenderungan aktualisasi dan perkembangan diri melekat sangat kuat dalam diri setiap manusia. Pada dasarnya manusia memiliki kecenderungan untuk tumbuh dan berkembang sebagaimana mestinya sesuai dengan potensi-potensi yang dimilikinya. Hanya saja, yang terkadang menjadi masalah adalah orang-orang tersebut kurang paham mengenai kelebihan, kekurangan, dan potensi yang dimilikinya itu.
  1. Kondisi-kondisi yang berharga
      Pada dasarnya, manusia memiliki kecenderungan untuk mengarahkan dan mempertinggi dirinya sendiri. Sehingga manusia merasa memerlukan dua hal utama, yaitu penghargaan positif dan penghargaan diri.
      Secara tidak langsung dapat disimpulkan bahwa person-centered therapy memandang individu itu ada dari kebermaknaannya pada diri sendiri, orang lain, serta lingkungan sekitarnya. Individu bisa dikatakan ada karena sumbangan yang diberikannya pada baik diri sendiri, orang lain, serta lingkungannya.

Tujuan Terapi

Tujuan utama pendekatan person-centered therapy adalah untuk menciptakan iklim yang kondusif sebagai usaha untuk membantu konseli menjadi pribadi yang utuh, yaitu pribadi yang mampu memahami kekurangan dan kelebihan dirinya dirinya. Tidak ditetapkan tujuan khusus dalam pemdekatan person-centered, sebab konselor digambarkan memiliki kepercayaan penuh pada konseli untuk menentukan tujuan-tujuan yang ingin dicapainya dari dirinya sendiri.
      Secara lebih terperinci, tujuan konseling person-centered adalah :
1)      Membantu konseli untuk menyadari kenyataan yang terjadi terhadap dirinya
2)      Membantu konseli untuk membuka diri terhadap pengalaman-pengalaman baru
3)      Menumbuhkan kepercayaan diri konseli
4)      Membantu konseli membuat keputusan sendiri
5)      Membantu konseli menyadari bahwa manusia tumbuh dalam suatu proses

Peran Terapis

Dalam konseling menggunakan metode person-centered therapy, yang harus ditunjukkan konselor pada konseli adalah tiga hal yang paling utama, yaitu :
  1. Unconditional Positive Regard(Penerimaan Positif tanpa Syarat/Acceptance)
Unconditional positive regard adalah suatu keadaan yang sama dengan acceptance, menghormati serta menghargai. Meliputi penegasan pada nilai-nilai konseli sebagai bagian dari manusia atau organisme yang berpikir, merasa, percaya dan makhluk yang menyeluruh, diterima oleh konselor dalam kondisi apapun tanpa syarat tertentu. Person-centered therapy percaya jika konselor mampu menerima konseli apa adanya, maka konseli akan mulai berpikir mengenai siapa dirinya sebenarnya, dan apa yang sebenarnya dia inginkan. Dengan menunjukkan sikap acceptance seperti apapun konselinya, maka konselor mengajak konseli untuk mulai menerima dirinya sendiri.
  1. Empathy (Empati)
Empati adalah suatu keadaan di mana konselor berusaha untuk ikut merasakan apa yang konseli rasakan, ikut masuk ke dalam dunia konseli, ikut melihat dan mengalami apa yang dilihat dan dialami oleh konseli tetapi tidak ikut hanyut dalam dunia atau kerangka berpikir konseli tersebut.
Macam-macam empati :
  1. Empati intelektual, termasuk melihat dunia dari perspektif konseli dalam lingkup intelektual
  2. Empati emosi, terjadi ketika secara alamiah atau spontan, konselor mulai merasakan emosi dalam merespons dunia konseli dalam lingkup emosi
  3. Empati imajinasi, termasuk bertanya pada diri sendiri “Bagaimana jika saya berada pada posisi konseli saya?”
  4. Congruence (Kongruen/ Asli/ Genuine)
Kongruen didefinisikan sebagai ke otentikan atau keaslian dari diri konselor. Kongruen yang dilakukan oleh konselor adalah benar-benar suatu kenyataan, keterbukaan, dan kejujuran. Kongruen diartikan pula bahwa konselor mampu mengekspresikan kedua hal baik positif maupun negatif pada konseling.

Teknik Terapi

Teknik yang dianjurkan dalam person-centered therapy adalah syarat utama yang harus dimiliki oleh konselor, yaitu :
  1. Mengalami dan Memperlihatkan Kongruen
Kesesuaian, kecocokan, harmoni (kongruen) konselor menjadi bagian yang diimplikasikan pada konseling dan pada konselor (sommers Flanagan – Sommers Flanagan 2003).
Kongruen di sini berarti bahwa konselor membuka dirinya pada pengalaman yang bersifat emosi yang terjadi pada hubungan konseling. Kehangatan dan kesabaran saat konseli tertekan, kemarahan saat konseli menyerang dengan paksaan-paksaan yang kuat, kebosanan saat konseli mengomel, merupakan hal-hal yang menggambarkan konselor bertindak apa adanya.
Semakin baik konselor melakukan sikap kongruen, semakin besar pula kemungkinan konseling itu akan mencapai tujuannya.
  1. Mengalami dan Menunjukkan Penerimaan Positif tanpa Syarat
Semua orang membutuhkan penerimaan positif tanpa syarat dari orang lain. Banyak konselor terkadang mendapat masalah jika secara langsung menunjukkan penerimaan positif tanpa syarat kepada konseli, karena dua alasan.
Pertama, ekspresi penerimaan positif tanpa syarat yang berlebihan dapat membuat konseli senang berlebihan. Kedua, perkatan “Saya peduli denganmu” atau “Saya tidak mau menghakimimu”, mejadi pandangan yang terkesan palsu dan tidak realistik, khususnya jika konselor banyak membuang waktu dengan konseli.
Untuk itu, penerimaan/ penghargaan positif tanpa syarat harus dilakukan oleh konselor diimbangi dengan sikap kongruen, agar tidak terkesan mengada-ada atau dibuat-buat.
  1. Mengalami dan Menunjukkan Rasa Empati
  • Membuat konseli merasa nyaman atau “at home” dalam persepsi dunia privasinya
  • Peka terhadap pengertian emosi konseli dari satu moment ke moment yang lain
  • Menempatkan kehidupan orang lain sebagai masalah yang serius
  • Peka terhadap kedalaman makna, tetapi tidak larut dalam situasi konseling sehingga konselor tidak kehilangan kesadaran diri
Sumber:
http://beaprofessionalcounselor.blogspot.com/2011/02/person-centered-therapy-terapi-berpusat.html

Tugas 2 (Artikel 5)

Standar

Pandangan Humanistik Eksistensial

Konsep Utama Terapi Humanistik-Eksistensial

  1. Kesadaran Diri
Manusia memiliki kesanggupan untuk menyadari dirinya sendiri, suatu kesanggupan yang unik dan nyata yang memungkinkan manusia mampu berpikir dan memutuskan. Semakin kuat kesadaran diri seorang, maka akan semakin besar pula kebebasan yang ada pada orang itu. Kesadaran untuk memilih alternatif-alternatif yakni memutuskan secara bebas didalam kerangka pembatasnya adalah suatu aspek yang esensial pada manusia. Kebebasan memilih dan bertindak itu disertai tanggung jawab. Para ekstensialis menekan manusia bertanggung jawab atas keberadaan dan nasibnya.
  1. Kebebasan, tanggung jawab, dan kecemasan
Kesadaran atas kebebasan dan tanggung jawab bisa menimbulkan kecemasan yang menjadi atribut dasar pada manusia. Kecemasan ekstensial bisa diakibatkan atas keterbatasannya dan atas kemungkinan yang tak terhindarkan untuk mati (nonbeing). Kesadaran atas kematian memiliki arti penting bagi kehidupan individu sekarang, sebab kesasaran tersebut menghadapkan individu pada kenyataan bahwa dia memiliki waktu yang terbatas untuk mengaktualkan potensi-potensinya. Dosa ekstensial yang juga merupakan bagian kondisi manusia. Adalah akibat dari kegagalan individu untuk benar-benar menjadi sesuatu sesuai dengan kemampuannya.
  1. Penciptaan Makna
Manusia itu unik dalam arti bahwa ia berusaha untuk menentukan tujuan hidup dan menciptakan nilai-nilai yang akan memberikan makna bagi kehidupan. Menjadi manusia juga berarti menghadapi kesendirian (manusia lahir sendirian dan mati sendirian pula). Walaupun pada hakikatnya sendirian, manusia memiliki kebutuhan untuk berhubungan dengan sesamanya dalam suatu cara yang bermakna, sebab manusia adalah mahluk rasional. Kegagalan dalam menciptakan hubungan yang bermakna bisa menimbulkan kondisi-kondisi isolasi dipersonalisasi, alineasi, keterasingan, dan kesepian. Manusia juga berusaha untuk mengaktualkan diri yakni mengungkapkan potensi-potensi manusiawinya. Sampai tarap tertentu, jika tidak mampu mengaktualkan diri, ia bisa menajdi “sakit”.
Fungsi dan Peran Terapis
Tugas utama dari seorang terapis adalah berusaha memahami keberadaan klien dalam dunia yang dimilikinya. Tugas terapis diantaranya adalah membantu klien agar menyadari keberadaanya dalam dunia: “Ini adalah saat ketika pasien melihat dirinya sebagai orang yang terancam, yang hadir di dunia yang mengancam dan sebagai subyek yang memiliki dunia”. Peran terapis sebagai ”spesialis mata ketimbang pelukis”, yang bertugas memperluas dan memperlebar lapangan visual pasien.
Penerapan Teknik dan Prosedur Terapeutik
Pendekatan eksistensial pada dasarnya tidak memiliki perangkat teknis yang siap pakai seperti kebanyakan pendekatan lainya. Pendekatan ini bisa menggunakan beberapa teknik dan konsep psikoanalitik, juga bisa menggunakan teknik kognitif-behavioral. Metode yang berasal dari Gestalt dan analis Transaksional pun sering digunakan. Akan tetapi pada intinya, teknik dari pendekatan ini adalah penggunaan kemampuan dari pribadi terapis itu sendiri.
Pada saat terapis menemukan keseluruhan dari diri klien, maka saat itulah proses terapeutik berada pada saat yang terbaik. Penemuan kreatifitas diri terapis muncul dari ikatan saling percaya dan kerjasama yang bermakna dari klien dan terapis.
Proses konseling oleh para eksistensial meliputi tiga tahap. Dalam tahap pendahuluan, konselor membantu klien dalam mengidentifikasi dan mengklarifikasi asumsi mereka terhadap dunia. Klien diajak mendefinisikan cara pandang agar eksistensi mereka diterima. Konselor mengajarkan mereka bercermin pada eksistensi mereka dan meneliti peran mereka dalam hal pencitpaan masalah dalam kehidupan mereka.
Pada tahap pertengahan, klien didorong agar bersemangat untuk lebih dalam meneliti sumber dan otoritas dari system mereka. Semangat ini akan memberikan klien pemahaman baru dan restrukturisasi nilai dan sikap mereka untuk mencapai kehidupan yang lebih baik dan dianggap pantas.
Tahap Terakhir berfokus pada untuk bisa melaksanakan apa yang telah mereka pelajari tentang diri mereka. Klien didorong untuk mengaplikasikan nilai barunya dengan jalan yang kongkrit. Klien biasanya akan menemukan kekuatan untuk menjalani eksistensi kehidupanya yang memiliki tujuan. Dalam perspektif eksistensial, teknik sendiri dipandang alat untuk membuat klien sadar akan pilihan mereka, serta bertanggungjawab atas penggunaaan kebebasan pribadinya.
Tujuan-tujuan Terapeutik
Terapi eksistensial bertujuan agar klien mengalami keberadaannya secara otentik dengan menjadi sadar atas keberadaan dan potensi-potensi serta sadar bahwa ia dapat membuka diri dan bertindak atas kemampuannya.
Prosedur dan Teknik Terapi
Menurut Baldwin (1987), inti dari terapi ini adalah penggunaan pribadi terapi
1.      Kapasitas Untuk Sadar Akan Dirinya : Implikasi Konseling.
Meningkatkan kesadaran diri, yang mencakup kesadaran akan adanya alternative, motivasi, factor yang mempengaruhi seseorang dan tujuan hidup pribadi, merupakan sasaran dari semua konseling. Adalah tugas terapis untuk menunjukkan kepada klien bahwa peningkatan kesadaran memerlukan imbalan.
2.      Kebebasan dan Tanggung Jawab : Implikasi Konseling.
Terapis eksistensial terus-menerus mengarahkan fokus pada pertanggungjawaban klien atas situasi mereka. Mereka tidak membiarkan klien menyalahkan orang lain, menyalahkan kekuatan dari luar, ataupun menyalahkan bunda mengandug. Apabila klien tidak mau mengakui dan menerima pertanggungjawaban bahwa sebenarnya mereka sendirilah yang menciptakan situasi yang ada, maka sedikit saja motivasi mereka untuk ikut terlibat dalam usaha perubahan pribadi (May & Yalom, 1989; Yalom 1980).
Terapis membantu klien dalam menemukan betapa mereka telah menghindari kebebasan dan membangkitkan semangat mereka untuk belajar mengambil resiko dengan menggunakan kebebasan itu. Kalau tidak berbuat seperti itu berarti klien tak mampu berjalan dan secara neurotik menjadi tergantung pada terapis.
Terapis perlu mengajarkan klien bahwa secara eksplisit mereka menerima fakta bahwa mereka memiliki pilihan, meskipun mereka mungkin selama hidupnya selalu berusaha untuk menghindarinya.
3.      Usaha Untuk Mendapatkan Identitas dan Bisa Berhubungan Dengan Orang Lain : Implikasi Konseling.
Bagian dari langkah terapeutik terdiri dari tugasnya untuk menantang klien mereka untuk mau memulai meneliti cara dimana mereka telah kehilangan sentuhan identitas mereka, terutama dengan jalan membiarkan orang lain memolakan hidup bagi mereka. Proses terapi itu sendiri sering menakutkan bagi klien manakala mereka melihat kenyataan bahwa mereka telah menyerahkan kebebasan mereka kepada orang lain dan bahwa dalam hubungan terapi mereka terpaksa menerima kembali. Dengan jalan menolak untuk memberikan penyelesaian atau jawaban yang mudah maka terapis memaksa klien berkonfrontasi dengan realitas yang hanya mereka sendiri yang harus bisa menemukan jawaban mereka sendiri.
4.      Pencarian Makna : Implikasi Konseling.
Berhubungan dengan konsep ketidakbermaknaan adalah apa yang oleh pratis eksistensial disebut sebagai kesalahan eksistensial. Ini adalah kondisi yang tumbuh dari perasaan ketidaksempurnaan atau kesadaran akan kenyataan bahwa orang ternyata tidak menjadi siapa dia seharusnya. Ini adalah kesadaran bahwa tindakan serta pilihan sesorang mengungkapkan kurang dari potensi sepenuhnya yang dimilikinya sebagai pribadi. Manakala orang mengabaikan potensi-potensi tertentu yang dimiliki, maka tentu ada perasaan kesalahan eksistensial ini. Beban kesalahan ini tidak dipandang sebagai neurotik, juga bukan sebagai gejala yang memerlukan penyembuhan. Yang dilakukan oleh terapis eksistensial adalah menggalinya untk mengetahui apa yang bisa dipelajari klie tentang cara mereka menjalani kehidupan. Dan ini bisa digunakan untuk menantang kehadiran makna dan arah hidup.
5.      Kecemasan Sebagai Kondisi Dalam Hidup : Implikasi Konseling.
Kecemasan merupakan materi dalam sesi terapi produktif. Kalau klien tidak mengalami kecemasan maka motivasi untuk mengalami perubahan menjadi rendah. Jadi, terapis yang berorientasi eksistensial dapat menolong klien mengenali bahwa belajar bagaimana bertenggang rasa dengan keragu-raguan dan ketidakpastian dan bagaimana caranya hidup tanpa ditopang bisa merupakan tahap yang perlu dialami daam perjalanan dari hidup yang serba tergantung kea lam kehidupan sebagai manusia yang lebih autonom. Terapis dan klien dapat menggali kemungkinan yang ada, yaitu bahwa melepaskan diri dari pola yang tidak sehat dan membangun gaya hidup baru bisa disertai dari pola yang tidak sehat dan membangun gaya hidup baru bisa berkurang pada saat klien mengalami hal-hal yang ebih memuaskan dengan cara-cara hidup yang lebih baru. Maakala klien menjadi lebih percaya diri maka kecemasan mereka sebagai akibat dari ramalan-ramalan akan datangnya bencana akan menjadi berkurang.
6.      Kesadaran Akan Maut dan Ketiadaan : Implikasi Konseling.
Latihan dapat memobilisasikan klien untuk secara sungguh-sungguh memantapkan waktu yang masih mereka miliki, dan ini bisa menggugah mereka untuk mau menerima kemungkinan bahwa mereka bisa menerima keberadaannya sebagai mayat hidup sebagai pengganti kehidupan yang lebih bermakna.

Sumber:

http://www.psikologizone.com/konseling-terapi-pendekatan-eksistensial/06511676

https://deathneverlost.wordpress.com/2014/05/21/terapi-humanistik-eksistensial/

Tugas 2 (Artikel 4)

Standar

Teori Psikoanalisis

Kesadaran

Menurut Freud, kehidupan jiwa memiliki tiga tingkat kesadaran, yaknisadar (conscious), prasadar (preconscious), dan tak sadar (unconscious).Baru pada tahun 1923 Freud mengenalkan tiga model struktural yang lain,yakni id, ego, dan superego. Struktur baru ini tidak mengganti struktur lama, tetapi melengkapi atau menyempurnakan gambaran mental terutamadalam fungsi atau tujuannya. 
1.Sadar (Conscious)
Tingkat kesadaran yang berisi semua hal yang kita cermati pada saattertentu. Menurut Freud, hanya sebagian kecil saja dari kehidupanmental yang masuk ke kesadaran.2.
 
2. Prasadar (pereconscious)
Disebut juga ingatan siap (available memory), yakni tingkat kesadaranyang menjadi jembatan antara sadar dan taksadar. Isi preconscious berasal dari conscious dan dari unconscious. Materi taksadar yangsudah berada di daerah prasadar itu bisa muncul kesadaran dalam bentuk simbolik, seperti mimpi, lamunan, salah ucap, dan mekanisme pertahanan diri.3.
 
3. Taksadar (Unconscious)
Bagian yang paling dalam dari struktur kesadaran dan menurut Freudmerupakan bagian terpenting dari jiwa manusia. Ketidaksadaran berisiinsting, impuls, dan drives yang dibawa dari lahir, dan pengalaman- pengalaman traumatik (biasanya pada masa anak-anak) yang ditekanoleh kesadaran dipindah ke daerah taksadar

Sturkur Kepribadian 

a. Id atau Das Es (Aspek Biologis)

Id adalah sistem kepribadian yang asli, dibawa sejak lahir. Dari Id inikemudian akan muncul Ego dan Superego. Saat dilahirkan, Id berisisemua aspek psikologik yang diturunkan seperti insting, impuls, dandrives. Id berada dan beroperasi dalam daerah Unconscious,. Freud juga menyebut Id dengan realitas psikis yang sebenar-benarnya ( TheTrue Physic Reality).Id beroperasi berdasarkan prinsip kenikmatan (pleasure principle)yaitu: berusaha memperoleh kenikmatan dan menghindari rasa sakit.Pleasure principle diproses dengan dua cara, tindak refleks (reflexactions) dan proses primer (primary process). Tindak refleks adalahreaksi otomatis yang dibawa sejak lahir seperti mengejapkan mata-mata  dipakai untuk menangani pemuasan rangsang sederhana dan biasanyasegera dapat dilakukan. Proses primer adalah reaksimembayangkan/menghayal sesuatu yang dapat mengurangi ataumenghilangkan tegangan-dipakai untuk menangani stimuluskompleks, seperti bayi yang lapar membayangkan makanan atau puting ibunya. Sistem lain yang menghubungkan Id dengan duniaobjektif adalah Das Ich (ego).

b. Ego atau Das Ich (aspek rasional)
Ego berkembang dari Id agar orang mampu menangani realita:sehingga Ego beroperasi mengikuti prinsip realita (Reality Principle).Prinsip itu dikerjakan melalui proses sekunder (Secondary Process),yakni berfikir realistik menyusun rencana dan menguji apakah rencanaitu menghasilkan objek yang dimaksud. Proses itu disebut uji realita(Reality Testing). Ego sebagian besar berada di kesadaran dansebagian kecil beroperasi di daerah prasadar dan taksadar.Ego adalah eksekutif (pelaksana) dari kepribadian yang memiliki duatugas utama:
1. Memilih stimuli mana yang hendak direspon dan atau instingmana yang akan dipuaskan sesuai dengan prioritas kebutuhan.
2.Menentukan kapan dan bagaimana kebutuhan itu dipuaskan sesuaidengan tersedianya peluang yang resikonya minimal.Dalam menjalankan fungsinya seringkali Das Ich harusmempersatukan pertentangan-pertentangan antara Das Es dan DasUeber Ich dan dunia luar.
c.  Superego atau Das Ueber Ich (aspek sosial atau moral)Superego adalah kekuatan moral dan etik dari kepribadian, yang beroperasi memakai prinsip idealistik (idealistic principle) sebagailawan dari prinsip kepuasan Id dan prinsip realistik dari Ego.Prinsip idealistik mempunyai dua sub prinsip, yakni conscience danego-ideal. Apapun tingkah laku yang dilarang, dianggap salah, dan dihukum oleh orang tua, akan diterima anak menjadi suara hati(conscience), yang berisi apa saja yang tidak boleh dilakukan. Apapunyang disetujui, dihadiahi dan dipuji orang tua akan diterima menjadistandar kesempurnaan (Ego-Ideal), yang berisi apa saja yangseharusnya dilakukan. Proses mengembangkan konsensia dan ego-ideal, yang berarti menerima standar salah dan benar itu disebutintroyeksi (introjection). Sesudah terjadi introyeksi, kontrol pribadiakan mengganti kontrol orang tua. 
Tiga fungsi Superego:
1.Mendorong Ego menggantikan tujuan-tujuan realistik dengantujuan-tujuan moralistik.
2.Merintangi impuls Id, terutama impuls seksual dan agresif yang bertentangan denganstandar nilai masyarakat.
3.Mengejar kesempurnaan.

Struktur Kepribadian

a)      Represi
Represi adalah mekanisme yang dilakukan oleh ego untuk meredakan kecemasan dengan jalan menekan dorongan-dorongan atau keinginan-keinginan yang menjadi penyebab kecemasan tersebut kedalam tak sadar. Dengan kata lain mekanisme untuk meredakan kecemasan dengan cara menekan tekanan kealam tidak sadar (tidak mengakui adanya doeogan itu).
b)      Sublimasi
Sublimasi adalah mekanisme pertahanan ego yang ditujukan untuk mencegah atau meredakan kecemasan dengan cara mengubah dan menyesuaikan dorongan primitif id yang menjadi penyebab kecemasan kedalam bentuk (tingkah laku) manusia yang bisa diterima dan dihargai masyarakat.
c)      Proyeksi
Proyeksi adalah pengalihan dorongan, sikap atau tingkah laku yang menimbulkan kecemasan kepada orang lain.
d)     Displacemen
Displacement adalah pengungkapan dorongan yang menimbulkan kecemasan pada objek atau individu yang kurang berbahaya atau kurang mengancam dibanding dengan objek atau individu semula
e)      Reaksi formasi
Reaksi formasi adalah reaksi dimana kadang-kadang ego individu bisa mengendalikan dorongan-dorongan primitive agar tidak muncul sambil secara sadar mengungkapkan tingkah laku sebaliknya
f)       Regrasi
Regresi adalah suatu mekanisme dimana individu untuk menghindarkan diri dari kenyataan yang mengancam, kembali kepada taraf perkembangan yang lebih rendah serta bertingkah laku seperti ketika dia berada dalam taraf yang lebih rendah itu.
g)      Rasionalisasi
Rasionalisasi menunjuk kepada upaya individu menyelewengkan atau memutarbalikkan kenyataan yang mengancam ego, melalui alasan tertentu yang seakan-akan masuk akal

Perkembangan Psikoseksual

Teori psikoanalisa mengenai perkembangan kepribadian berlandaskan dua premis, pertama, premis bahwa kepribadian individu dibentuk oleh berbagai jenis pengalaman masa kanak-kanak awal. Kedua, energy seksual (libido) ada sejak lahir dan kemudian berkembang melalui serangkaian tahapan psikoseksual yang bersumber pada proses-proses naluriah organism.
Freud menyatakan bahwa pada manusia terdapat tiga fase atau tahapan perkembangan psikoseksual yang kesemuanya menentukan bagi pembentukan kepribadian. Tiga fase tersebut adalah :
1. Fase Oral
Fase oral adalah fase pertama yang berlangsung pada perkembangan kehidupan individu. pada fase ini, daerah erogen yang paling penting dan paling peka adalah mulut.yakni berkaitan dengan pemuasan kebutuhan dasar akan makanan atau minuman. Stimulasi atau perangsangan atas mulut merupakan tingkah laku yang menimbulkan kesenangan atau kepuasan.
2. Fase Anal
Fase anal dimulai dari tahun kedua sampai tahun ketiga kehidupan. Pada fase ini energy liibidal dialihkan dari mulut ke daerah dubur,serta kesenangan dan kepuasan diperoleh dengan tindakan mempermainkan atau menahan kotoran (faeces). Pada fase ini pula, seorang anak diperkenalkan kepada aturan-aturan kebersihan yang disebut toilet training.
 3. Fase Falik
Fase falik ini berlangsung pada tahun keempat atau kelima, yakni suatu fase ketika energi libido sasarannya dialihkan dari daerah dubur kedaerah alat kelamin. Pada fase ini anak mulai tertarik pada alat kelaminnya sendiri dan mempermainkannya dengan maksud untuk memperoleh kepuasan.
4. Fase laten (latency stage)
Fase ini terjadi kira-kira usia 6 sampai pubertasPada fase ini dorongan seks cenderung bersifat laten atau tertekan.
5. Fase genital (genital stage):
Fase ini terjadi sejak individu memasuki pubertas dan selanjutnya. Pada masa ini individu telah mengalami kematangan pada organ reproduksi.
Tujuan Pendekatan
            Tujuan terapi psikoanalitik adalah adalah membentuk kembali struktur karakter individual dengan jalan membuat kesadaran yang tak disadari didalam diri klien. Proses terapeutik di fokuskan pada upaya mengalami   kembali pengalaman-pengalaman masa kanak-kanak. Pengalaman-pengalaman masa lampau di rekontruksi, dibahas, dianalisis, dan ditafsirkan dengan sasaran merekontruksi kepribadian. Terapi psikoanalitik menekankan dimensi afektif dari upaya menjadikan ketaksadaran diketahui. Pemahaman dan pengalaman intelektual memiliki arti penting. Tetapi perasaan-perasaan dan ingatan-ingatan yang berkaitan dengan pemahaman diri lebih penting lagi.
Proses Terapi
            Dengan analis dikonseptualkan dalam proses transferensi yang menjadi inti pendekatan psikoanalitik, tranpernsi mendorong klien untuk mengalamatkan pada analis “urusan yang tak selesai ”yang terdapat dalam hubungan klien dimasa lampau dengan orang yang berpengaruh. proses pemberian treatman mencakup merekontruksi klien dan menghidupkan kembali pengalaman-pengalaman masa lampaunya, setelah terapi berjlan dengan baik, perasaan-perasaan dan konflik masa anak-anak klien mulai muncul kepermukaan dari ketaksadaran. Jika terapi diinginkan memiliki pengaruh menyembuhkan, maka hubungan transferensi harus digarap. Proses transferensi melibatkan eksplorasi oleh klien atas kesejajaran- kesejajaran antara pengalaman masa lampau dan pengalaman masa kini. Dimensi utama dari proses penggarapan itu adalah hubungan transferensi, yang membutuhkan waktu untuk membangunnya serta memerlukan tambahan waktu untuk memahami dan melarutkannya, maka penggarapannya memerlukan jangka waktu yang panjang bagi keseluruhan proses teurapeutik. Sebagai hasil hubungan terapeutik, khususnya penggarapan situasi transferensi, klien memperolah pemahaman terhadap psikodinamika tak sadarnya, kesadaran dan pemahaman atas bahan yang direpresi merupakan landasan bagi proses pertumbuhan anlitik. klien mampu memahami asosiasi antara pengalaman – pengalaman masa lampaunya dengan kehidupan sekarang. Pendekatan psikoanalitik berasumsi bahwa kesadaran diri ini bisa secara otomatis mengarah pada perubahan kondisi klien.
  1. Asosiasi Bebas
Teknik utama terapi psikoanalitik adalah asosiasi bebas. Disini klien diminta melaporkan segera tanpa ada yang disembunyikan, klien terhanyut bersama segala perasaan dan pikirannya. Klien diminta untuk mengatakan segala sesuatu yang muncul dalam kesadarannya, seperti pikiran, harapan, dan lain-lain, walaupun kelihatannya hal-hal tersebut tidak penting, tidak logis, menyakitkan, ataupun menggelikan. Freud memikirkan bahwa asosiasi bebas ini ditentukan oleh suatu sebab, bukan hal yang acak. Tugas analislah untuk melacak asosiasi ini sampai kesumbernya dan mengidentifikasi suatu pola sebenarnya yang tadinya hanya terlihat sebagai rangkaian kata yang tidak pasti. Terlepasnya emosi yang kuat, yang selama ini ditekan pada situasi terapeutik inipun kemudian disebut sebagai katarsis.
Cara yang khas ialah klien berbaring diatas balai-balai sementara analisis duduk dibelakangnya sehingga tidak mengalihkan perhatian klien pada saat asosiasi-asosiasinya mengalir bebas. Asosiasi bebas adalah suatu metode pemanggilan kembali pengalaman-pengalaman masa lampau, yang dikenal dengan sebutan katarsis. Hal ini dilakukan guna membantu klien dalam memperoleh pemahaman dan evaluasi diri yang lebih objektif, analis menafsirkan makna-makna utama dari asosiasi bebas ini.
  1. Penafsiran
Penafsiran adalah suatu prosedur dasar dalam meganalisis asosiasi bebas, mimpi-mimpi, resistensi-resistensi dan tranferensi-transferensi. Prosedurnnya terdiri atas tindakan-tindakan analisis yang menyatakan, menerangkan, bahkan mengajari klien makna-makna tingkah laku yang dimanifestasikan oleh mimpi-mimpi, asosiasi bebas, resistensi-resistensi, dan oleh hubungan terapeutik itu sendiri. Fungsi penafsiran adalah mendorong ego untuk mengasimilasi bahan-bahan baru dan mempercepat penyingkapan bahan tak sadar lebih lanjut. Penafsiran-penafsiran analisis menyebabkan pemahaman dan tidak terhalangi bahan tak sadar pada pihak klien.
  1. Analisis Mimpi
Analisis mimpi adalah sebuah prosedur yang penting untuk menyingkap bahan yang tak disadari dan memberikan kepada klien pemahaman atas beberapa area masalah yang tidak terselesaikan. Freud memandang mimpi-mimpi sebagai “jalan mengistimewa menuju ketaksadaran”, sebab melalui mimpi-mimpi itu hasrat-hasrat, kebutuhan-kebutuhan, dan ketakutan-ketakutan yang tak disadari, diungkapkan. Analisa terhadap mimpi ini biasanya dilandasi oleh konsep psikoseksual, serta termuat isu gender. Contohnya adalah mimpi mengenai sebuah pohon dapat diinterpretasikan sebagai keinginan untuk mengekspresikan dorongan seksual apabila diimipikan oleh laki-laki, atau representasi dari keinginan untuk memiliki superioritas laki-laki bila dimimpikan oleh perempuan. Dalam hal ini, pohon dipandang sebagai representasi dari alat kelamin laki-laki.
  1. Analisis dan penafsiran resistensi
Resistensi merupakan sebuah konsep yang fundamental dalam praktek psikoanalitik adalah sesuatu yang melawan kelangsungan terapi dan mencegah klien mengemukakan bahan yang tak disadari. Sebagai pertahanan terhadap kecemasan, resistensi bekerja secara khas dalam terapi psikoanalitik dengan menghambat klien dan analis dalam melaksanakan usaha bersama untuk memperoleh pemahaman atas dinamika-dinamika ketaksadaran klien.
  1. Analisis dan penafsiran transferensi
Sama hal nya dengan resistensi, transferensi merupakan inti dari terapi psikoanalitik. Analisis transferensi yang utama dalam psikoanalisis, sebab mendorong klien untuk menghidupkan kembali masa lampaunya dalam terapi. Transference adalah saat pasien mengembangkan reaksi emosional keterapis. Hal ini bisa saja dikarenakan pasien mengidentifikasi terapis sebagai seseorang dimasa lalunya, misalnya orang tua atau kekasih. Disebut positive transference apabila perasaan itu adalah perasaan saying atau kekaguman, serta negative transference apabila perasaan ini mengandung permusuhan dan kecemburuan.

Sumber:

http://rizki-wijayanti-fib13.web.unair.ac.id/artikel_detail-98434-Etika%20Kepribadian-Teori%20Kepribadian%20Menurut%20Sigmund%20Freud.html

http://www.academia.edu/6492375/PSIKOANALISIS_KLASIK_Sigmund_Freud

https://namiho.wordpress.com/2013/03/17/terapi-dengan-pendekatan-psikoanalitik/

Tugas 2 (Artikel 3)

Standar

Person centered therapy (Rogers)

Person-centered therapy  di cetuskan oleh Carl Ransom Rogers (1902-1987) dengan sebutan nondirective counseling. Rogers (sebagai terapis) meminimalkan pengarahannya dan membantu kliennya memperjelas persepsi mereka mengenai diri sendiri. Rogers meneliti tentang persepsi klien terhadap self-aktual dan self-idealnya. Reflection of feelings adalah teknik yang dilakukan terapis dalam  memposisikan dirinya sebagai cermin bagi klien, agar klien dapat lebih mengenal dirinya, menerima diri sendiri, dan kemudian dapat mempersepsikan keadaannya sekarang (Sundberg et al, 2002).
Ini jenis terapi menyimpang dari pandangan tradisional terapis sebagai ahli dan bergerak bukan ke arah pendekatan non-direktif yang diwujudkan teori aktualisasi kecenderungan. Teori mewujudkan kecenderungan mengatakan manusia memiliki potensi untuk menemukan realisasi kemampuan pribadi mereka sendiri. Landasan ini metode terapi ini berasal dari keyakinan bahwa setiap manusia berusaha untuk menemukan kepuasan mereka sendiri dan pemenuhan potensi sendiri. Carl R. Rogers menyatakan bahwa, “Individu memiliki dalam diri mereka sendiri sumber daya yang luas untuk pemahaman diri dan untuk mengubah diri mereka-konsep, sikap dasar, dan self-directed perilaku, sumber daya tersebut dapat dimanfaatkan jika iklim didefinisikan sikap psikologis fasilitatif dapat diberikan “(dari Carl R. Rogers. Cara Menjadi Boston: Houghton Mifflin,. 1980, hal.115-117).
Rogers mengidentifikasi enam faktor utama yang merangsang pertumbuhan dalam individu. Dia menyarankan bahwa ketika kondisi ini terpenuhi, orang akan tertarik ke arah pemenuhan potensi konstruktif. Menurut teori Rogerian, enam faktor yang diperlukan untuk pertumbuhan adalah:
1. Terapis-Klien Kontak Psikologis: harus ada hubungan yang berbeda dan dikenali antara terapis dan klien dan harus divalidasi oleh kedua belah pihak.
2. Klien ketidaksesuaian, atau Kerentanan: klien rentan terhadap ketakutan dan kecemasan yang mencegah mereka meninggalkan hubungan atau situasi dan bahwa ada bukti yang jelas tentang ketidaksesuaian antara apa yang klien menyadari dan pengalaman aktual.
3. Therapist Kongruensi, atau keaslian: terbukti bahwa terapis diinvestasikan dalam hubungan dengan klien untuk tujuan penyembuhan. Terapis benar-benar tertarik dalam pemulihan mereka dan dapat mengakses pengalaman mereka sendiri sebagai bantuan dalam proses pemulihan.
4. Terapis Regard Positif Unconditional (UPR): ada unsur yang mengungguli semua orang lain, dan itu adalah unsur penerimaan tanpa syarat. Dengan menyediakan platform keterbukaan dan penerimaan, klien dapat mulai untuk menghilangkan persepsi miring mereka sendiri bahwa mereka dikumpulkan dari orang lain.
5. Therapist pemahaman empatik: klien merasa empati asli dari terapis berkaitan dengan konstruk internal mereka dan persepsi. Ini perasaan empati membantu memperkuat perasaan cinta tanpa syarat.
6. Persepsi Klien: persepsi hal positif tanpa syarat dan penerimaan empatik lengkap dan pemahaman yang dirasakan oleh klien, jika bahkan hanya sedikit.
Tujuan utama pendekatan person-centered therapy adalah untuk menciptakan iklim yang kondusif sebagai usaha untuk membantu konseli menjadi pribadi yang utuh, yaitu pribadi yang mampu memahami kekurangan dan kelebihan dirinya dirinya. Tidak ditetapkan tujuan khusus dalam pemdekatan person-centered, sebab konselor digambarkan memiliki kepercayaan penuh pada konseli untuk menentukan tujuan-tujuan yang ingin dicapainya dari dirinya sendiri.
Secara lebih terperinci, tujuan konseling person-centered adalah :
  • Membantu konseli untuk menyadari kenyataan yang terjadi terhadap dirinya
  • Membantu konseli untuk membuka diri terhadap pengalaman-pengalaman baru
  • Menumbuhkan kepercayaan diri konseli
  • Membantu konseli membuat keputusan sendiri
  • Membantu konseli menyadari bahwa manusia tumbuh dalam suatu proses
Kelebihan Dan Kekurangan Person Centered Therapy
Kelebihan dari terapi ini klien memiliki pengalaman positif dalam terapi ketika mereka fokus dalam menyelesaiakan masalahnya dan dapat mengekpresikan dirinya secara penuh ketika mereka mendengarkan dan tidak dijustifikasi. Kekurangannya: Sulit bagi therapist untuk bersifat netral dalam situasi hubungan interpersonal dan terapi menjadi tidak efektif ketika konselor terlalu non-direktif dan pasif.

Sumber:

http://herjuno-tisnoaji.blog.ugm.ac.id/2012/03/15/client-centered-therapy/

http://wahyunikurniasari.blogspot.com/2013/03/person-centered-therapy.html

Tugas 2 (Artikel 2)

Standar

Terapi Humanistik Eksistensial

              Istilah humanistik dalam hubungannya dengan konseling, memfokuskan pada potensi individu untuk secara aktif memilih dan membuat keputusan tentang hal-hal yang berkaitan dengan dirinya sendiri dan lingkungannya. Para profesional yang memakai pendekatan humanistik membantu individu untuk meningkatkan pemahaman diri melalui perasaan-perasaan mereka. Istilah humanistik sangat luas dan memfokuskan pada individu sebagai pembuat keputusan dan pencetus pertumbuhan dan perkembangan diri mereka sendiri, Gladding (dalam Lesmana, 2008).

Pandangan tentang sifat manusia

Corey (2007), psikologi eksistensial humanistik berfokus pada kondisi manusia, Pendekatan ini terutama adalah suatu sikap yang menekankan pada pemahaman atau manusia alih-alih suatu sistem teknik-teknik yang digunakan untuk mempengaruhi klien. Oleh karena itu, pendekatan eksistensialisme humanistik bukan suatu aliran terapi, bukan pula suatu teori tunggal yang sistematik. Pendekatan terapi eksistensial juga bukan suatu pendekatan terapi tunggal, melainkan suatu pendekatan yang mencakup terapi-terapi yang berlainan yang kesemuanya berlandaskan konsep-konsep dan asumsi-asumsi tentang manusia.

Konsep Utama Terapi Humanistik-Eksistensial

  1. Kesadaran Diri
Manusia memiliki kesanggupan untuk menyadari dirinya sendiri, suatu kesanggupan yang unik dan nyata yang memungkinkan manusia mampu berpikir dan memutuskan. Semakin kuat kesadaran diri seorang, maka akan semakin besar pula kebebasan yang ada pada orang itu. Kesadaran untuk memilih alternatif-alternatif yakni memutuskan secara bebas didalam kerangka pembatasnya adalah suatu aspek yang esensial pada manusia. Kebebasan memilih dan bertindak itu disertai tanggung jawab. Para ekstensialis menekan manusia bertanggung jawab atas keberadaan dan nasibnya.
  1. Kebebasan, tanggung jawab, dan kecemasan
Kesadaran atas kebebasan dan tanggung jawab bisa menimbulkan kecemasan yang menjadi atribut dasar pada manusia. Kecemasan ekstensial bisa diakibatkan atas keterbatasannya dan atas kemungkinan yang tak terhindarkan untuk mati (nonbeing). Kesadaran atas kematian memiliki arti penting bagi kehidupan individu sekarang, sebab kesasaran tersebut menghadapkan individu pada kenyataan bahwa dia memiliki waktu yang terbatas untuk mengaktualkan potensi-potensinya. Dosa ekstensial yang juga merupakan bagian kondisi manusia. Adalah akibat dari kegagalan individu untuk benar-benar menjadi sesuatu sesuai dengan kemampuannya.
  1. Penciptaan Makna
Manusia itu unik dalam arti bahwa ia berusaha untuk menentukan tujuan hidup dan menciptakan nilai-nilai yang akan memberikan makna bagi kehidupan. Menjadi manusia juga berarti menghadapi kesendirian (manusia lahir sendirian dan mati sendirian pula). Walaupun pada hakikatnya sendirian, manusia memiliki kebutuhan untuk berhubungan dengan sesamanya dalam suatu cara yang bermakna, sebab manusia adalah mahluk rasional. Kegagalan dalam menciptakan hubungan yang bermakna bisa menimbulkan kondisi-kondisi isolasi dipersonalisasi, alineasi, keterasingan, dan kesepian. Manusia juga berusaha untuk mengaktualkan diri yakni mengungkapkan potensi-potensi manusiawinya. Sampai tarap tertentu, jika tidak mampu mengaktualkan diri, ia bisa menajdi “sakit”.
Fungsi dan Peran Terapis
Tugas utama dari seorang terapis adalah berusaha memahami keberadaan klien dalam dunia yang dimilikinya. Tugas terapis diantaranya adalah membantu klien agar menyadari keberadaanya dalam dunia: “Ini adalah saat ketika pasien melihat dirinya sebagai orang yang terancam, yang hadir di dunia yang mengancam dan sebagai subyek yang memiliki dunia”. Peran terapis sebagai ”spesialis mata ketimbang pelukis”, yang bertugas memperluas dan memperlebar lapangan visual pasien.
Penerapan Teknik dan Prosedur Terapeutik
Pendekatan eksistensial pada dasarnya tidak memiliki perangkat teknis yang siap pakai seperti kebanyakan pendekatan lainya. Pendekatan ini bisa menggunakan beberapa teknik dan konsep psikoanalitik, juga bisa menggunakan teknik kognitif-behavioral. Metode yang berasal dari Gestalt dan analis Transaksional pun sering digunakan. Akan tetapi pada intinya, teknik dari pendekatan ini adalah penggunaan kemampuan dari pribadi terapis itu sendiri.
Pada saat terapis menemukan keseluruhan dari diri klien, maka saat itulah proses terapeutik berada pada saat yang terbaik. Penemuan kreatifitas diri terapis muncul dari ikatan saling percaya dan kerjasama yang bermakna dari klien dan terapis.
Proses konseling oleh para eksistensial meliputi tiga tahap. Dalam tahap pendahuluan, konselor membantu klien dalam mengidentifikasi dan mengklarifikasi asumsi mereka terhadap dunia. Klien diajak mendefinisikan cara pandang agar eksistensi mereka diterima. Konselor mengajarkan mereka bercermin pada eksistensi mereka dan meneliti peran mereka dalam hal pencitpaan masalah dalam kehidupan mereka.
Pada tahap pertengahan, klien didorong agar bersemangat untuk lebih dalam meneliti sumber dan otoritas dari system mereka. Semangat ini akan memberikan klien pemahaman baru dan restrukturisasi nilai dan sikap mereka untuk mencapai kehidupan yang lebih baik dan dianggap pantas.
Tahap Terakhir berfokus pada untuk bisa melaksanakan apa yang telah mereka pelajari tentang diri mereka. Klien didorong untuk mengaplikasikan nilai barunya dengan jalan yang kongkrit. Klien biasanya akan menemukan kekuatan untuk menjalani eksistensi kehidupanya yang memiliki tujuan. Dalam perspektif eksistensial, teknik sendiri dipandang alat untuk membuat klien sadar akan pilihan mereka, serta bertanggungjawab atas penggunaaan kebebasan pribadinya.
Tujuan-tujuan Terapeutik
Terapi eksistensial bertujuan agar klien mengalami keberadaannya secara otentik dengan menjadi sadar atas keberadaan dan potensi-potensi serta sadar bahwa ia dapat membuka diri dan bertindak atas kemampuannya.
Prosedur dan Teknik Terapi
Menurut Baldwin (1987), inti dari terapi ini adalah penggunaan pribadi terapi
1.      Kapasitas Untuk Sadar Akan Dirinya : Implikasi Konseling.
Meningkatkan kesadaran diri, yang mencakup kesadaran akan adanya alternative, motivasi, factor yang mempengaruhi seseorang dan tujuan hidup pribadi, merupakan sasaran dari semua konseling. Adalah tugas terapis untuk menunjukkan kepada klien bahwa peningkatan kesadaran memerlukan imbalan.
2.      Kebebasan dan Tanggung Jawab : Implikasi Konseling.
Terapis eksistensial terus-menerus mengarahkan fokus pada pertanggungjawaban klien atas situasi mereka. Mereka tidak membiarkan klien menyalahkan orang lain, menyalahkan kekuatan dari luar, ataupun menyalahkan bunda mengandug. Apabila klien tidak mau mengakui dan menerima pertanggungjawaban bahwa sebenarnya mereka sendirilah yang menciptakan situasi yang ada, maka sedikit saja motivasi mereka untuk ikut terlibat dalam usaha perubahan pribadi (May & Yalom, 1989; Yalom 1980).
Terapis membantu klien dalam menemukan betapa mereka telah menghindari kebebasan dan membangkitkan semangat mereka untuk belajar mengambil resiko dengan menggunakan kebebasan itu. Kalau tidak berbuat seperti itu berarti klien tak mampu berjalan dan secara neurotik menjadi tergantung pada terapis.
Terapis perlu mengajarkan klien bahwa secara eksplisit mereka menerima fakta bahwa mereka memiliki pilihan, meskipun mereka mungkin selama hidupnya selalu berusaha untuk menghindarinya.
3.      Usaha Untuk Mendapatkan Identitas dan Bisa Berhubungan Dengan Orang Lain : Implikasi Konseling.
Bagian dari langkah terapeutik terdiri dari tugasnya untuk menantang klien mereka untuk mau memulai meneliti cara dimana mereka telah kehilangan sentuhan identitas mereka, terutama dengan jalan membiarkan orang lain memolakan hidup bagi mereka. Proses terapi itu sendiri sering menakutkan bagi klien manakala mereka melihat kenyataan bahwa mereka telah menyerahkan kebebasan mereka kepada orang lain dan bahwa dalam hubungan terapi mereka terpaksa menerima kembali. Dengan jalan menolak untuk memberikan penyelesaian atau jawaban yang mudah maka terapis memaksa klien berkonfrontasi dengan realitas yang hanya mereka sendiri yang harus bisa menemukan jawaban mereka sendiri.
4.      Pencarian Makna : Implikasi Konseling.
Berhubungan dengan konsep ketidakbermaknaan adalah apa yang oleh pratis eksistensial disebut sebagai kesalahan eksistensial. Ini adalah kondisi yang tumbuh dari perasaan ketidaksempurnaan atau kesadaran akan kenyataan bahwa orang ternyata tidak menjadi siapa dia seharusnya. Ini adalah kesadaran bahwa tindakan serta pilihan sesorang mengungkapkan kurang dari potensi sepenuhnya yang dimilikinya sebagai pribadi. Manakala orang mengabaikan potensi-potensi tertentu yang dimiliki, maka tentu ada perasaan kesalahan eksistensial ini. Beban kesalahan ini tidak dipandang sebagai neurotik, juga bukan sebagai gejala yang memerlukan penyembuhan. Yang dilakukan oleh terapis eksistensial adalah menggalinya untk mengetahui apa yang bisa dipelajari klie tentang cara mereka menjalani kehidupan. Dan ini bisa digunakan untuk menantang kehadiran makna dan arah hidup.
5.      Kecemasan Sebagai Kondisi Dalam Hidup : Implikasi Konseling.
Kecemasan merupakan materi dalam sesi terapi produktif. Kalau klien tidak mengalami kecemasan maka motivasi untuk mengalami perubahan menjadi rendah. Jadi, terapis yang berorientasi eksistensial dapat menolong klien mengenali bahwa belajar bagaimana bertenggang rasa dengan keragu-raguan dan ketidakpastian dan bagaimana caranya hidup tanpa ditopang bisa merupakan tahap yang perlu dialami daam perjalanan dari hidup yang serba tergantung kea lam kehidupan sebagai manusia yang lebih autonom. Terapis dan klien dapat menggali kemungkinan yang ada, yaitu bahwa melepaskan diri dari pola yang tidak sehat dan membangun gaya hidup baru bisa disertai dari pola yang tidak sehat dan membangun gaya hidup baru bisa berkurang pada saat klien mengalami hal-hal yang ebih memuaskan dengan cara-cara hidup yang lebih baru. Maakala klien menjadi lebih percaya diri maka kecemasan mereka sebagai akibat dari ramalan-ramalan akan datangnya bencana akan menjadi berkurang.
6.      Kesadaran Akan Maut dan Ketiadaan : Implikasi Konseling.
Latihan dapat memobilisasikan klien untuk secara sungguh-sungguh memantapkan waktu yang masih mereka miliki, dan ini bisa menggugah mereka untuk mau menerima kemungkinan bahwa mereka bisa menerima keberadaannya sebagai mayat hidup sebagai pengganti kehidupan yang lebih bermakna.
Tahap-tahap Pelaksanaan Terapi Humanistik Eksistensial
Pendekatan ini bisa menggunakan beberapa teknik dan konsep psikoanalitik dan juga bisa menggunakan teknik kognitif-behavioral. Metode ini berasal dari Gestalt dan analisis transaksional. Terdapat tiga tahap yang dapat dilakukan oleh terapis dalam terapi humaniatik eksistesial, antara lain :
  • Tahap pendahuluan
Konselor mambantu klien dalam mengidentifikasi dan mnegklarifikasi asumsi mereka terhadap dunia. Klien diajak mendefinisikan cara pandang agar eksistensi mereka diterima. Konselor mengajarkan mereka bercemin pada eksistensial mereka dan meneliti peran mereka dalam hal penciptaan masalah dalam kehidupan mereka.
  • Tahap pertengahan
Klien didorong agar bersemangat untuk lebih dalam meneliti sumber dan otoritas dan sistem mereka. Semangat ini akan memberikan klien pemahaman baru dan restrukturisasi nilai dan sikap mereka untuk mencapai kehidupan yang lebih baik dan dianggap pantas.
  • Tahap akhir
Berfokus untuk bisa melaksanakan apa yang telah mereka pelajari tentang diri mereka. Klien didorong untuk mengaplikasikan nilai barunya dengan jalan yang kongkrit. Klien biasanya akan menemukan kekuatan untuk menjalani eksistensi kehidupannya yang memiliki tujuan. Dalam perspektif eksistensial, teknik sendiri dipandang alat untuk membuat klien sadar akan pilihan mereka, serta bertanggungjawab atas penggunaan kebebasan pribadinya.
Sumber:
Corey, G. (2007). Teori dan praktek konseling & psikoterapi. Bandung: PT Refika Aditama.

Lesmana, J. M. (2008). Dasar-dasar konseling. Salemba: Universitas Indonesia (UI-Press).

http://www.psikologizone.com/konseling-terapi-pendekatan-eksistensial/06511676

https://deathneverlost.wordpress.com/2014/05/21/terapi-humanistik-eksistensial/

Tugas 2 (Artikel 1)

Standar
 Terapi Psikoanalisis
            Menurut Lesmana (2008) pendekatan psikoanalitik adalah contoh dari pendekatan yang telah mengalami modifikasi terus-menerus untuk memasukkan ide-ide baru. Sejak dikembangkan oleh Freud, pendekatan ini terus-menerus mengalami modifikasi sampai sekarang ini. Pandangan psikoanalitik menekankan pentingnya riwayat hidup klien (perkembangan psikoseksual), pengaruh dari impuls-impuls genetic (instink), energy hidup atau libido, pengaruh dari pengalaman-pengalaman dini kepada kepribadian individu, serta irasionalitas dan sumber-sumber tak sadar dari tingkah laku manusia. Konsep psikoanalitik mengenai taraf kesadaran merupakan kontribusi yang sangat signifikan. Taraf conscious berisi ide-ide yang disadari individu pada saat itu; taraf preconscious, berisi ide-ide yang tidak disadari individu pada saat itu, tetapi dapat dipanggil kembali; taraf inconscious, berisi memori dan ide-ide yang sudah dilupakan oleh individu. Menurut Freud, yang tidak disadari merupakan bagian terbesar dari kepribadian dan mempunyai pengaruh yang sangat kuat pada tingkah laku individu.
 
Pandangan tentang Sifat Manusia
            Menurut Corey (2007), Jung menekankan peran maksud dalam perkembangan manusia. Manusia hidup dengan sasaran-sasaran disamping dengan sebab-sebab jung memiliki pandangan yang optimis dan kreatif tentang manusia, menekankan tujuan aktualisasi diri. Masa kini tidak hanya ditentukan oleh masa lampau, tetapi juga oleh masa mendatang.
Tujuan Pendekatan
            Tujuan terapi psikoanalitik adalah adalah membentuk kembali struktur karakter individual dengan jalan membuat kesadaran yang tak disadari didalam diri klien. Proses terapeutik di fokuskan pada upaya mengalami   kembali pengalaman-pengalaman masa kanak-kanak. Pengalaman-pengalaman masa lampau di rekontruksi, dibahas, dianalisis, dan ditafsirkan dengan sasaran merekontruksi kepribadian. Terapi psikoanalitik menekankan dimensi afektif dari upaya menjadikan ketaksadaran diketahui. Pemahaman dan pengalaman intelektual memiliki arti penting. Tetapi perasaan-perasaan dan ingatan-ingatan yang berkaitan dengan pemahaman diri lebih penting lagi.
Proses Terapi
            Dengan analis dikonseptualkan dalam proses transferensi yang menjadi inti pendekatan psikoanalitik, tranpernsi mendorong klien untuk mengalamatkan pada analis “urusan yang tak selesai ”yang terdapat dalam hubungan klien dimasa lampau dengan orang yang berpengaruh. proses pemberian treatman mencakup merekontruksi klien dan menghidupkan kembali pengalaman-pengalaman masa lampaunya, setelah terapi berjlan dengan baik, perasaan-perasaan dan konflik masa anak-anak klien mulai muncul kepermukaan dari ketaksadaran. Jika terapi diinginkan memiliki pengaruh menyembuhkan, maka hubungan transferensi harus digarap. Proses transferensi melibatkan eksplorasi oleh klien atas kesejajaran- kesejajaran antara pengalaman masa lampau dan pengalaman masa kini. Dimensi utama dari proses penggarapan itu adalah hubungan transferensi, yang membutuhkan waktu untuk membangunnya serta memerlukan tambahan waktu untuk memahami dan melarutkannya, maka penggarapannya memerlukan jangka waktu yang panjang bagi keseluruhan proses teurapeutik. Sebagai hasil hubungan terapeutik, khususnya penggarapan situasi transferensi, klien memperolah pemahaman terhadap psikodinamika tak sadarnya, kesadaran dan pemahaman atas bahan yang direpresi merupakan landasan bagi proses pertumbuhan anlitik. klien mampu memahami asosiasi antara pengalaman – pengalaman masa lampaunya dengan kehidupan sekarang. Pendekatan psikoanalitik berasumsi bahwa kesadaran diri ini bisa secara otomatis mengarah pada perubahan kondisi klien.
 
Penerapan : Teknik dan Prosedur Terapeutik
          Tenik-tenik pada terapi psikoanalitik disesuaikan untuk meningkatkan kesadaran, memperoleh pemahaman intelektual atas tingkah laku klien dan untuk memahami berbagai gejala. Kemajuan terapeutik berawal dari pembicaraan klien kepada katarsis, kepada pemahaman, kepada penggarapan bahan yang tak disadari, kearah tujuan-tujuan pemahaman dan pendidikan ulang intelektual dan emosioanal, yang diharapkan mengarah kepada perbaikan kepribadian. kelima teknik dasar psikoanalitik adalah:
  • asosiasi bebas
  • penafsiran
  • analisis mimpi
  • analisis dan penafsiran resistensi
  • analisis dan penafsiran transfernsi.
  1. Asosiasi Bebas
Teknik utama terapi psikoanalitik adalah asosiasi bebas. Disini klien diminta melaporkan segera tanpa ada yang disembunyikan, klien terhanyut bersama segala perasaan dan pikirannya. Klien diminta untuk mengatakan segala sesuatu yang muncul dalam kesadarannya, seperti pikiran, harapan, dan lain-lain, walaupun kelihatannya hal-hal tersebut tidak penting, tidak logis, menyakitkan, ataupun menggelikan. Freud memikirkan bahwa asosiasi bebas ini ditentukan oleh suatu sebab, bukan hal yang acak. Tugas analislah untuk melacak asosiasi ini sampai kesumbernya dan mengidentifikasi suatu pola sebenarnya yang tadinya hanya terlihat sebagai rangkaian kata yang tidak pasti. Terlepasnya emosi yang kuat, yang selama ini ditekan pada situasi terapeutik inipun kemudian disebut sebagai katarsis.
Cara yang khas ialah klien berbaring diatas balai-balai sementara analisis duduk dibelakangnya sehingga tidak mengalihkan perhatian klien pada saat asosiasi-asosiasinya mengalir bebas. Asosiasi bebas adalah suatu metode pemanggilan kembali pengalaman-pengalaman masa lampau, yang dikenal dengan sebutan katarsis. Hal ini dilakukan guna membantu klien dalam memperoleh pemahaman dan evaluasi diri yang lebih objektif, analis menafsirkan makna-makna utama dari asosiasi bebas ini.
  1. Penafsiran
Penafsiran adalah suatu prosedur dasar dalam meganalisis asosiasi bebas, mimpi-mimpi, resistensi-resistensi dan tranferensi-transferensi. Prosedurnnya terdiri atas tindakan-tindakan analisis yang menyatakan, menerangkan, bahkan mengajari klien makna-makna tingkah laku yang dimanifestasikan oleh mimpi-mimpi, asosiasi bebas, resistensi-resistensi, dan oleh hubungan terapeutik itu sendiri. Fungsi penafsiran adalah mendorong ego untuk mengasimilasi bahan-bahan baru dan mempercepat penyingkapan bahan tak sadar lebih lanjut. Penafsiran-penafsiran analisis menyebabkan pemahaman dan tidak terhalangi bahan tak sadar pada pihak klien.
  1. Analisis Mimpi
Analisis mimpi adalah sebuah prosedur yang penting untuk menyingkap bahan yang tak disadari dan memberikan kepada klien pemahaman atas beberapa area masalah yang tidak terselesaikan. Freud memandang mimpi-mimpi sebagai “jalan mengistimewa menuju ketaksadaran”, sebab melalui mimpi-mimpi itu hasrat-hasrat, kebutuhan-kebutuhan, dan ketakutan-ketakutan yang tak disadari, diungkapkan. Analisa terhadap mimpi ini biasanya dilandasi oleh konsep psikoseksual, serta termuat isu gender. Contohnya adalah mimpi mengenai sebuah pohon dapat diinterpretasikan sebagai keinginan untuk mengekspresikan dorongan seksual apabila diimipikan oleh laki-laki, atau representasi dari keinginan untuk memiliki superioritas laki-laki bila dimimpikan oleh perempuan. Dalam hal ini, pohon dipandang sebagai representasi dari alat kelamin laki-laki.
  1. Analisis dan penafsiran resistensi
Resistensi merupakan sebuah konsep yang fundamental dalam praktek psikoanalitik adalah sesuatu yang melawan kelangsungan terapi dan mencegah klien mengemukakan bahan yang tak disadari. Sebagai pertahanan terhadap kecemasan, resistensi bekerja secara khas dalam terapi psikoanalitik dengan menghambat klien dan analis dalam melaksanakan usaha bersama untuk memperoleh pemahaman atas dinamika-dinamika ketaksadaran klien.
  1. Analisis dan penafsiran transferensi
Sama hal nya dengan resistensi, transferensi merupakan inti dari terapi psikoanalitik. Analisis transferensi yang utama dalam psikoanalisis, sebab mendorong klien untuk menghidupkan kembali masa lampaunya dalam terapi. Transference adalah saat pasien mengembangkan reaksi emosional keterapis. Hal ini bisa saja dikarenakan pasien mengidentifikasi terapis sebagai seseorang dimasa lalunya, misalnya orang tua atau kekasih. Disebut positive transference apabila perasaan itu adalah perasaan saying atau kekaguman, serta negative transference apabila perasaan ini mengandung permusuhan dan kecemburuan.
Sumber:
Corey, G. (2007). Teori dan praktek konseling & psikoterapi. Bandung: PT Refika Aditama.
Lesmana, J. M. (2008). Dasar-dasar konseling. Salemba: Universitas Indonesia (UI-Press).
https://namiho.wordpress.com/2013/03/17/terapi-dengan-pendekatan-psikoanalitik/

Tugas 3 (Psikoterapi)

Standar

Assalamu’alaikum Wr. Wb..

Terakhir di hari ini, saya masih akan membahas tentang psikoterapi sama seperti tulisan saya sebelumnya. Masih seputar perbedaan psikoterapi dengan konseling, penjelasan terhadap mental Illness yang terdiri dari biological, psychological, sociological, dan philosophic, penjelasan dari bentuk-bentuk terapi supportive, reeducative, dan reconstructive. Selamat membacaaaaa 🙂

  • Perbedaan psikoterapi dengan konseling

Psikoterapi (psychotherapy) adalah pengobatan alam pikiran, atau lebih tepatnya, pengobatan dan perawatan gangguan psikis melalui metode psikologis. Pengertian psikoterapi mencankup berbagai teknik yang bertujuan untuk membantu individu dalam mengatasi gangguan emosional dengan cara memodifikasi perilaku, pikiran, dan emosinya seperti halnya proses redukasi (pendidikan kembali), sehingga individu tersebut mampu mengembangkan dirinya dalam mengatasi masalah psikisnya. Atau dengan kata lain bahwa psikoterapi adalah suatu interaksi sistematis antara klien dan terapis yang menggunakan prinsip-prinsip psikologis untuk membantu menghasilkan perubahan dalam tingkah laku, pikiran dan perasaan klien untuk membantu klien mengatasi tingkah laku abnormal dan memecahkan masalah-masalah dalam hidup.

Konseling mencangkup bekerja dengan banyak orang dan hubungan yang mungkin saja bersifat pengembangan diri, dukungan terhadap krisis, psikoterapis, bimbingan atau pemecahan masalah. Tugas konseling adalah memberikan kesempatan kepada klien untuk mengekplorasi, menemukan, dan menjelaskan cara hidup lebih memuaskan dan cerdas dalam menghadapi sesuatu. Konseling di desain untuk menolong klien untuk memahami dan menjelaskan pandangan merka terhadap kehidupan, dan untuk membantu mencapai tujuan penentuan diri (self-determination)

  • Pendekatan psikoterapi terhadap mental Illness

Menurut J.P. Chaplin  ada beberapa pendekatan psikoterapi terhadap mental illness, diantaranya:

  1. Biological

Meliputi keadaan mental organik, penyakit afektif, psikosis dan penyalahgunaan zat. Menurut Dr. John Grey, Psikiater Amerika (1854) pendekatan ini lebih manusiawi. Pendapat yang berkembang waktu itu adalah penyakit mental disebabkan karena kurangnya insulin.

  1. Psychological

Meliputi suatu peristiwa pencetus dan efeknya terhadap perfungsian yang buruk, sekuel pasca-traumatic, kesedihan yang tak terselesaikan, krisis perkembangan, gangguan pikiran dan respon emosional penuh stres yang ditimbulkan. Selain itu pendekatan ini juga meliputi pengaruh sosial, ketidakmampuan individu berinteraksi dengan lingkungan dan hambatan pertumbuhan sepanjang hidup individu.

  1. Sosiological

Meliputi kesukaran pada sistem dukungan sosial, makna sosial atau budaya dari gejala dan masalah keluarga. Dalam pendekatan ini harus mempertimbangkan pengaruh proses-proses sosialisasi yang berlatarbelakangkan kondisi sosio-budaya tertentu.

  1. Philosophic

Kepercayaan terhadap martabat dan harga diri seseorang dan kebebasan diri seseorang untuk menentukan nilai dan keinginannya. Dalam pendekatan ini dasar falsafahnya tetap ada, yakni menghagai sistem nilai yang dimiliki oleh klien, sehingga tidak ada istilah keharusan atau pemaksaan.

  • Bentuk-bentuk terapi supportive, reeducative, dan reconstructive
  1. Terapi supportive

adalah suatu bentuk terapi alternatif yang mempunyai tujuan untuk menolong pasien beradaptasi dengan baik terhadap suatu masalah yang dihadapi dan untuk mendapatkan suatu kenyamanan hidup terhadap gangguan psikisnya. Terapi suportif menawarkan dukungan kepada pasien oleh seorang tokoh yang berkuasa selama periode penyakit, kekacauan atau dekompensasi sementara. Pendekatan ini juga memiliki tujuan untuk memulihkan dan memperkuat pertahanan pasien dan mengintegrasikan kapasitas yang telah terganggu. Cara ini memberikan suatu periode penerimaan dan ketergantungan bagi pasien yang membutuhkan bantuan untuk menghadapi rasa bersalah, malu dan kecemasan dan dalam menghadapi frustasi atau tekanan eksternal yang mungkin terlalu kuat untuk dihadapi.

Macam-macam teknik terapi suportif:

Guidance/Bimbingan, yakni prosedur pemberian pertolongan secara aktif dengan cara memberikan fakta dan interpretasi’ dalam bidang pendidikan, pekerjaan, hubungan sosial dan bidang-bidang Kesehatan

Manipulasi lingkungan, yakni usaha untuk menyelesaikan problem-problem emosional klien dengan cara menghilangkan atau mengubah unsur-unsur lingkungan yang tidak menguntungkan

Eksternalisasi perhatian, yakni usaha untuk mengalihkan perhatian klien yang mengalami keeeinasan atau depresi dengan jalan memberikan dorongan agar klien dapat memulai lagi aktivitas yang pernah disenanginya ataupun mengembangkan kesenangan baru untuk mengisi waktu senggangnya. Jenis-jenis eksternalisasi perhatian antara lain terapi kerja, terapi musik,terapi gerak dan tari, terapi syair, terapi sosial

Sugesti-prestis, yakni usaha terapis untuk mensugesti klien, yakni memberikan pengaruh psikis tanpa daya kritik

Meyakinkan kembali (reassurance), terapi ini biasanya menyertai pada setiap terapi. Klien yang merasa dieengkam ketakutan yang irasional perlu ditenangkan dan dihibur.Terapis perlu mendiskusikan ketakutan-ketakutan tersebut secara terbuka dengan kliennya untuk menjelaskan bahwa ketakutan itu tidak rasional atau tidak berdasar

Dorongan dan paksaan, yakni dengan memberikan ren-‘ara’ dan punishment untuk menstimulasi perilaku klien sesuai yang diharapkan. Di antaranya dengan cara klien diberi tugas untuk melawan impuls-impuls yang menimbulkan neurotik, berusaha menghilangkan atau mengurangi intcnsitasnya sampai di bawah titik kritis

Persuasi, yakni mendasari diri pada anggapan bahwa dalam diri klien mempunyai sesuatu kekuatan untuk proses emosinya yang patologis dengan kekuatan dan kemampuan ataupun dengan menggunakan common sensenya sendiri, sebab pada umumnya orang yang menderita gangguan jiwa dalam keadaan intelek tertutup emosi

Pengakuan dan penyaluran, yakni dengan cara mengeluarkan isi hati kepada orang lain. Pendekatan ini untuk mengurangi tekanan yang ada pada klien, sebab dengan adanya pengakuan dan penyaluran maka segala rasa tertekan yang mengganjal dapat dilepaskan (katarsis)

Terapi kelompok pemberi inspirasi, yakni terapi kelompok yang terdiri dari klien yang memiliki problem sejenis

  1. Terapi Reeducative

Untuk mencapai pengertian tentang konflik-konflik yang letaknya lebih banyak di alam sadar, dengan usaha berencana untuk menyesuaikan diri, memodifikasi tujuan dan membangkitkan serta mempergunakan potensi-potensi kreatif yang ada.

Cara-cara psikoterapi reduktif antara lain :

  • Terapi hubungan antar manusia (relationship therapy)
  • Terapi sikap (attitude therapy)
  • Terapi wawancara (interview therapy)
  • Analisa dan sinthesa yang distributif (terapi psikobiologik Adolfmeyer)
  • Konseling terapetik
  • Terapi case work
  • Reconditioning
  • Terapi kelompok yang reduktif
  • Terapi somatic 2
  1. Terapi Rekonstruktif

Terapi Rekonstruktif yakni menyelami alam tak sadar melalui teknik seperti asosiasi bebas, interpretasi mimpi, analisa daripada transfersi. Terapi ini untuk mencapai pengertian tentang konflik-konflik yang letaknya di alam tak sadar, dengan usaha untuk mendapatkan perubahan yang luar daripada struktur kepribadian dan pengluasan pertumbuhan kepribadian dengan pengembangan potensi penyesuaian diri yang baru.

Tujuan Terapi Rekonstruktif

Perombakan radikal daripada corak kepribadian hingga tak hanya tercapai suatu penyesuaian diri yang lebih efisien, akan tetapi juga suatu maturasi daripada perkembangan emosional dengan dilahirkannya potensi adaptif baru.

Sumber:

http://dwpujia.blogspot.com/2014/04/psikoterpapi.html

http://sisykurniaasih.blogspot.com/2013_03_01_archive.html

http://naza-blog.blogspot.com/2013/06/bentuk-bentuk-utama-dalam-terapi-terapi.html

Tugas 2 (Psikoterapi)

Standar

Assalamu’alaikum Wr. Wb..

Masih membahas seputar psikoterapi. Dan kali ini saya akan membahas mengenai perbedaan psikoterapi dengan psikologi konseling, pendekatan terhadap mental Illness dan bentuk utama terapi. Apakah psikoterapi itu sama dengan psikologi konseling? Jika di lihat dari namanya saja sudah berbeda, tapi apakah sebenarnya yang membedakan psikologi konseling dengan psikoterapi? Lalu bagaimana pendekatan terhadap mental Illness? Dan apa saja bentuk utama terapi? Berikut penjelasannya..

  • Perbedaan Psikoterapi dengan Psikologi Konseling
  • Konseling
  1. Berpusat pandang masa kini dan masa yang akan datang melihat dunia klien.
  2. klien tidak dianggap sakit mental dan hubungan antara konselor dan klien itu sebagai teman yaitu mereka bersama-sama melakukan usaha untuk tujuan-tujuan tertentu, terutama bagi orang yang ditangani tersebut.
  3. konselor mempunyai nilai-nilai dan sebagainya, tetapi tidak akan memaksakannya kepada individu yang dibantunya konseling berpusat pada pengubahan tingkah laku, teknik-teknik yag dipakai lebih bersifat manusiawi.
  4. konselor bekerja dengan individu yang normal yang sedang mengalami masalah.
  • Psikoterapi
  1. Berpusat pandang pada masa yang lalu-melihat masa kini individu,
  2. klien dianggap sakit mental.
  3. klien dianggap sebagai orang sakit dan ahli psikoterapi (terapis) tidak akan pernah meminta orang yang ditolongnya itu untuk membantu merumuskan tujuan-tujuan,
  4. Terapis berusaha memaksakan nilai-nilai dan sebagainya itu kepada orang yang ditolongnya.
  5. Psikoterapis berpusat pada usaha pengobatan teknik-teknik yang dipakai adalah yang telah diresepkan,
  6. terapi bekerja dengan “dunia dalam” dari kehidupan individu yang sedang mengalami masalah berat, psikologi dalam memegang peranan.
  • Pendekatan terhadap mental Illness
    1. Psychoanalysis dan psychodynamic

Berfokus terhadap mengubah masalah prilaku, perasaan dan pikiran dengan cara memahami akar masalah yang biasanya tersembunyi di pikiran bawah sadarnya untuk mendapat solusi.

  1. Behavior therapy

Berfokus dalam hukum pembelajaran. Perilaku seseorang akan di pengaruhi proses pembelaaran seumur hidup tokohnya adalah ivan Pavlov yang menemukan teknik classical conditioning assosiative learning. Inti dari pendekatan behavior therapy adalah manusia bertindak secara otomatis karena membentuk asossiasi (hubungan sebab-akibat atau aksi-reaksi).

  1. Congnitive therapy

Congnitive theraphy dalah penyebab difungsi pikiran dan menyebabkan difungsi prilaku. Tokohnya Albert Ellis dan Aron Back. Tuuan utama pendekatan kognitif adalah mengubah pola pikir dengan cara mengubah meningkatkan kesadaran dalam pola pikir rasional, metode psikoterapi yang termasuk dalam pendekatan cognitive adalah collaborative empiricism, guide discovery.

  1. Humanistic therapy

Pendekatan humanistic therapy menganggap bahwa setiap manusia itu unik dan setiap manusia sebenarnya mampu menyelesaikan masalahnya sendiri setiap manusia dengan keunukannya bebas menentukan pilihan hidupnya sendiri. Oleh karena itu dalam terapi humanistic, seseorang psikoterapis berperan sebagai fasilitator perubahan saja bukan mengarahkan perubahan.

  1. Integrative therapy

Apabila seseorang klien mengalami komplikasi gangguan psikologis yang namanya tidak cukup bila ditangani dengan satu metode psikoterapi saja.

  • Bentuk- Bentuk Terapi
  1. Terapi psikoanalisis, teknik ini menekankan fungsi pemecahan masalah dari ego yg berlawanan dan agresif dari I’d, serta teknik yang dilakukan dengan cara menggali permasalahan atau pengalaman dimasa lalu dan dorongan yang tidak disadari.
  2. Terapi humanistik, teknik dengan pendekatan fenomologi kepribadian yang membantu individu menyadari diri sesungguhnya.
  3. Person centered therapy, tekniknya terpusat pada pribadi dengan memberikan suasana aman, bebas agar klien mengeksplorasi dengan nyaman.
  4. Logo terapi (Frankl), bentuk penyembuhan melalui penemuan-penemuan makna dan pengembangan makna hidup, lebih dikenal dengan therapy through meaning.
  5. Analisis Transaksional (Berne), teknik Analisis Transaksional dilakukan bahwa setiap transaksi dianalisis, klien nampaknya menggelakkan tanggung jawab yang diarahkan untuk mau menerima tanggung jawab pada dirinya sehingga klien dapat menyeimbangkan Egogramnya serta melakukan intsrospeksi terhadap “games” yang dijalaninya.
  6. Rational Emotive Therapy (Ellis), tekniknya dengan melakukan disputing intervention (meragukan/ membantah) terhadap keyakinan dan pemikiran yang tidak rasional pada agar berubah pada keyakinan , pemikiran dan falsafah rasional yang baru , sehingga lahir perangkat perasaan yang baru, dengan demikian kita tidak akan merasa tertekan, melainkan kita akan merasakan segala sesuatu sesuai dengan situasi yang ada.
  7. Terapi perilaku (Behavior Therapy), teknik ini menggunakan prinsip belajar untuk memodifikasi perilaku individu.
  8. Terapi kelompok (Group Therapy) dan Terapi keluarga (Family Therapy), teknik yang memberikan kesempatan bagi individu untuk menggali sikap dan perilakunya dalam interaksi dengan orang lain yang memiliki masalah serupa.

Sumber :

https://batukarang91.wordpress.com/2013/01/02/perbedaan-konseling-dan-psikoterapi/

http://sisykurniaasih.blogspot.com/2013_03_01_archive.html

http://putrijah.blogspot.com/2013/04/pengertian-psikoterapi.html